MELATIH
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RUANG
ARIMBI RUMAH SAKIT TK
III 04.06.01 WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO
Diajukan untuk melengkapi nilai
akhir kegiatan
Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Tahun Pelajaran 2015/2016
Disusun
Oleh:
Nama : Siska Aprillia
NIS :
14040
YAYASAN MUTIARA MULYA 5758
SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN MULYA
HUSADA PURWOKERTO
Jl. Baturraden Timur No. 57
Karangcegak sumbang
Telp. (0281) 644 5210 Hp. 085 100 638 954
Telp. (0281) 644 5210 Hp. 085 100 638 954
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan.Selain
dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002).
Teknik relaksasi nafas dalam adalah pernapasan
abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang
dilakukan dengan memejamkan mata (Brunner
dan Suddart 2002).
Teknik
relaksasi nafas dalam adalah
metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri
kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan
kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri. (Ns.Eni
Kusyati,S,Kep,Dkk hal 198, 2006).
Manfaat teknik relaksasi nafas dalam bagi pasien
yaitu ketentraman hati,
berkurangnya rasa cemas, ketegangan jiwa menjadi rendah, detak jantung lebih
rendah, mengurangi tekanan darah, ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit,
tidur lelap, kesehatan mental menjadi lebih baik, daya ingat lebih baik, meningkatkan
daya berpikir logis, meningkatkan kreativitas, meningkatkan keyakinan, serta meningkatkan daya kemauan.
Berdasarkan
pengamatan yang
saya lakukan di
Ruang Arimbi Rumah Sakit Tk III 04.06.01 Wijayakusuma Purwokerto terdapat beberapa pasien
yang dilatih teknik
relaksasi nafas dalam oleh perawat
saat tindakan pemberian obat intra vena untuk mengurangi nyeri.
Oleh karena itu saya
mengambil judul teknik relaksasi nafas dalam karena saya ingin memahami teknik nafas dalam dengan
benar dan bisa menerapkan sesuai SOP di lapangan.
B.
Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu mengetahui
SOP Teknik Relaksasi Nafas Dalam
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian teknik nafas dalam
b. Mengetahui mekanisme pernafasan
c. Mengetahui
tujuan melatih teknik nafas dalam
d. Mengetahui
anatomi fisiologi yang berhubungan dengan melatih
teknik nafas
dalam
e. Melakukan teknik nafas dalam
sesuai dengan SOP
f. Mengetahui
indikasi dan kontraindikasi tindakan teknik nafas dalam
C.
Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
Karya tulis diharapkan dapat menambah wawasan mengenai tindakan teknik
nafas dalam dan mengaplikasikannnya sesuai dengan SOP
2. Manfaat bagi rumah sakit
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit khususnya
bagi perawat, agar dapat menerapkan
tindakan teknik relaksasi nafas dalam sesuai dengan SOP dan indikasi
pada pasien yang membutuhkan tindakan teknik relaksasi nafas dalam
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Karya
tulis ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi dan pembanding bagi karya
tulis selanjutnya terutama yang difokuskan pada tindakan teknik relaksasi nafas
dalam
D.
Waktu dan Tempat
1. Tanggal : 23 Desember 2015 - 25 Desember 2015
2. Tempat : Rumah Sakit Tk III 04.06.01 Wijayakusuma Purwokerto
3. Ruang : Arimbi
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT
A. Sejarah
Pada tanggal 14 Desember 1945 Panglima Devisi
V Kolonel Sudirman dilantik sebagai panglima Besar dengan pangkat Letnan
Jendral, dan diangkatnya bapak Sudirman menjadi Panglima Besar, maka kedudukan
panglima Devisi V diserah teimakan kepada Mayor Jendral Abdul Kadir. Pada
tanggal 23 Maret 1946, devisi TKR (berada berdasarkan makmulat pemerintah No.2
tahun 1946) untuk jawa dan madura diubah menjadi Devisi VII. Untuk Karesidenan
Banyumas menjadi Devisi II “ Sunan Gunung Jati “. Devisi II “Sunan Gunung Jati”
ini meliputi daerah cirebon,Tasikmalaya dan Banyumas dibawah pimpinan Mayor
Jenderal Abdul Kadir berkedudukan di Cirebon yan selanjutnya diserah terimakan
kepada Jenderal Gatot soebroto . Sedangkan sebagai Kepala Kesehatan Devisi II
“Sunan Gunung Jati” masuk susunan Devisi D.M / G – M dengan Panglima Bambang S.
Pada tanggal 27 Desember 1949,Devisi II “
Sunan Gunung Jati” menerima penyerahan rumah sakit Belanda di Banyumas yang
sekarang menjadi Rumah Sakit Banyumas. Rumah Sakit Banyumas saat itu dibagi
menjadi : Sebagian (sebelah selatan ) dipergunakan untuk Rumah sakit Tentara
dengan sebutan RST Brigade 8 / III (“Sunan Gunung Jati”) ini terjadi setelah
peran kemerdekaan II.
Pada tanggal 20 September 1950 sesuai dengan
pergantian nama Brigade 8 / III menjadi sub Terr / Brigade “N”
Yudegoro,kesehata Brigade 8 / III menyesuaikan diri menjadi DET SUB TERR /
BRIGADE “N” YUDONEGORO, sedangkan
pimpinan masih Mayor dr. Sutrisno W dengan membawahi 3 pleton kesehatan.
Tanggal 9 febuari 1953 Sur Terr I / Brigade
“N” Yudonegoro diubah menadi Residen
Infantri 12 / ST / XII, maka nama Kesehatan STI / Brigade berubah menjadi
Detasemen Kesehatan Tentara atau DKT Resimen 12 / ST . XII .DKT Resimen I yang
membawahi 7 Danton kesehatan dan TPT ( Tempat Perawatan Tentara).TPT II Banumas
dibawah pimpinan Letda Sukardi yang ada pada tahu 1964 mejadi Rumkit III / 711
dan TPT II di Tegal dibawah pimpinan Letda Suhartono yang pada awal tahun 1964
sebagai Kepala Kesehatan Rem 071 dijabat oleh Mayor dr.Rustombi medapat tugas
operasi ke Sulawesi dan Irian Jaya, maka pimpinan Kesehatan 711 dijabat oleh
Lettu dr.Setot sebagai PS.Kekesrem merangkap Karumkit III / 711.
Tanggal 1 April 1967 Rumkit III / 711
dipindah ke lempang Purwokerto menempati bekas Batalyon 402 yang waktu itu
kosong dengan nama Rumah sakit III / 711 Wijayakusuma berdasarkan surat
perintah 071 Nomor : Sprin / 106 / III /1967.
Pada tanggal 23 Mei 1975 , Karumkit III / 711
Letkol CDM dr. Sentot D Wardoyo menjabat sebagai kakesdam XIV /
Hasanudin.Selanutnya aatan Karumkit diserahkan kepada Mayor Cdm dr. Avhmad
Santoso.Tahun 1977 Karumki III / 711 Mayor Jenderal Cdm dr. Achmad Santoso
menaat komandan Denkesyah 071 yang selanjutnya jabatan Kepala Rumah Sakit
diserahterimakan kepada Mayor Cdm Dr. Hoedojo KS. Tahun 1981 , Komandan Denkes
071 yaitu Letkol Cdm dr.Achmad Santos mengikuti Spesialis Bedah di RSPAD
Jakarta , maka Mayor Cdm Dr. Hoedojo KS dijadikan Dandenkes 071 dan sebagai
Karumkit III/ 711 diserahterimakan kepada Mayor Cdm dr. Zaenuri K (Tahun 1982
Mayor Cdm dr. Hoedojo KS , sebagai palakhar Rumah Sakit III / 711.
Pada tahun 1983 Letkol Cdm dr. Hoedojo KS
meninggal dunia dan kemudian digantikan oleh Letkol Ckm dr. Arifin Fanaro ,
Sp.OG sedangkan seagai komandan Denkesyah 071 adalah Letkol Ckm dr. Bambang
Adyaksa.
Tanggal 1 Febuari 1986 berdasarkan surat keputusan
Kasad Nomor : Skep /X/1985 tanggal 28 Oktober 1985 dan berdasarkan surat
Perintah Kepala Kesdam IV /Diponegoro Nomor : Sprin 024 / II / 1986, nama rumah
sakit III / 711 diganti menadi Rumkit Tk III 04.06.01 saat itu dijabat oleh
Mayor Ckm dr.Sumadi HD. Sedangkan sebagai Komandan Denkesyah 04.04.01 Letkol
Ckm dr. Bambang Adyasa.
Dengan meninggalnya Letkol Ckm dr.Arifin
Fanaro,Sp.OG , maka pejabat baru kepala Rumah Sakit Tk III 04.06.01 digantikan
oleh Letkol Ckm dr. Haryo merangkap Komandan Denkesyah 04.04.01 karena Letkol
Ckm dr. Bambang Adyasa pensiun.Dan sebagai Wakil Kepala Rumah Sakit adalah
Mayor Ckm (K) dr.Ngadinem.Tahun 1991 Mayor Ckm (K) dr. Ngadinem.Karumkit Tk III
04.06.01 Purwokerto, dengan surat perintah Kakesdam IV / Diponegoro Nomor : Sprin
/ 242 /VIII / 1991 tanggal 10 Agustus 1991.Selanjutnya melaksanakan jabatan
penuh sebagai Karumkit Tk III 04.06.01 TMT 1 juni 1991 . Sedangkan sebagai
Wakil Kpala Rumah Sakit adalah Mayor Ckm dr. Harsono, Sp.PD.
Dasar surat Perintah Kakesdam IV / Diponegoro
Nomor : Sprin / 228 /1999 tanggal 1 Agustus 1999 jabat Karumkit Tk 04.06.01
Wijayakusuma (RSWK) Purwokerto dijabat oleh Letkol Ckm dr. Bambang Prayoga,
Sp.B NRP.30185 yang semula menjabat sebagai Pamen Kostrad sedangkan Letkol Ckm
(K) dr .Ngadinem NRP 31430.Dengan sertifikat Akraditasi Rumah Sakit No.YM
01.06.2.2.3006 yang dikeluarkan oleh Depkes RI tanggal 3 Nopember 2000 , maka
RSWK sejak 3 Nopember 2000 s.d. 3
Nopember 200 dinyatakan terakreditasi penuh tingkat dasar.
Tahun 2003 Kepala Rumah Sakit Tk III 04.06.01
Wijayakusuma dijabat oleh Letkol Ckm drg.Lasmoro Prijo Soerarso , sedangakan
Letkol Ckm dr. Bambang Prayoga , Sp.B menjabat sebagai Dandenkesyah 04.04.01.
Tahun 2004 Ltekol Ckm drg. Lasmoro Prijo
Soerarso pindah tugas , maka pejabat baru Kepala Rumah Sakit Tk III 04.06.01
digantikan oleh Letkol Ckm dr.Bambang Pramoto Sulistyanto NRP . 31444 merangkap
Komandan Dankesyah 04.04.01 karena Letkol Ckm dr. Bambang Prayoga, Sp.B
melaksanakan tugas sebagai Pa. Ahli Kedokteran Ditkesad sampai pensiun dengan
pangkat Kolonel Ckm. Dan sebagai wakil Kepala Rumah Sakit adalah Mayor Ckm
dr.Basuki Triantoro , Sp.An NRP . 33894.
Tahun 2005 Letkol Ckm dr. Bambang Pramoto
Sulistyanto NRP. 31444 yang semula merangkap sebagai PJS Karumkit Tk III 04.06.01
Purwokerto, dengan surat Perintah Kakesdam IV/
Diponegoro Nomor : Sprin / 148 / IV / 2005 tanggal 29 April 2005 .
Selanjutnya jabatan Kepala Rumah Sakit diserahterimakan kepada Letkol Ckm dr.
Basuki Triantoro , Sp.An NRP . 33894 TMT 1 Maret 2005. Sedangkan sebagai Wakil
Kepala Rumah Sakit adalah Mayor Ckm dr.
Anjar Budi Astoro, Sp.PD NRP . 32095.
Tahun 2007 Mayor Ckm dr.Anjar Budi
Astoro,SP.PD NRP.32095 yang semula menjabat Wakil Kepala Rumkit Tk III 04.06.01
Purwokerto, berdasarkan SK nomor : Kep / 79 / VIII /2007 tanggal 20 agustus
2007 menjadi Kepala Rumkit Tk III 04.06.01/ Wk.Terhitung mulai tanggal 1 April
2008 , pangkat Kepala Rumkit Tk III 04.06.01 Purwokerto semula Mayor menjadi
Letnan Kolonel.Selanjutnya berdasarkan Surat Perintah nomor : sprin / 12 / I /
2008 tanggal 26 januari 2008 jabatan wakil kepala Rumkit Tk III 04.06.01 / WK
adalah dr. Yudi Harjo W , MMR NRP 32507.TMT 1 September 2007 . Pada bulan juni
2008 dr. Yudi Hardjo W,MMR,pindah tugas ke Rumkit Tk II 04.05.01 dr.Soedjono
Magelang.Saat ini jabatan Waka Rumkit Tk III 04.06.01 Wijayakusuma adalah
dr.Nursuandy Indra Djaya Sp.OT Mayor Ckm NRP 11970008781069 TMT 1 September
2012 – sekarang.TMT 1 Agustus 2010 – 31 Mei 2013 , Kepala Rumkit Tk III
04.06.01 Purwokerto dijabat oleh Letkol Ckm dr.Khairulsyah , MARS. Kemudian TMT
1 juni 2013 – sekarang , Kepala Rumkit Tk III 04.06.01 Purwokerto dijabat oleh
Letkol Ckm dr.Daris Hidayat,Sp.An.
Pejabat-pejabat yang pernah menduduki sebagai
Kepala Rumah Sakit TK III 04.06.01 Wijayakusuma :
TA
1964-1975 : Mayor Cdm dr. Sentot D. Wardoyo
TA 1975-1977 :
Mayor Cdm dr. Ahmad Santoso, Sp.B
TA 1977-1981 :
Mayor Cdm dr. Hudoyo KS
TA 1981-1982 :
Mayor Cdm dr. Zaenuri K
TA
1982-1985 : Mayor
Cdm dr. Hudoyo KS
TA 1985-1988 :
Letkol Ckm dr. Arifin Fanaro
TA 1988-1990 :
Letkol Ckm dr. Haryo
TA 1990-1999 : Letkol Ckm dr. Ngadinem
TA 1999-2003 : Letkol Ckm dr. Bambang Prayoga,
Sp.B
TA 2003-2004 :
Mayor Ckm drg. Lasmono Prijo Soerarso
TA 2004-2005 :
Letkol Ckm dr. Bambang Pratomo S
TA 2005-2007 :
Letkol Ckm dr. Basuki Triantoro, Sp.An
TA 2007-2010 : Letkol Ckm dr. Anjar Budi Astoro,
Sp PD
TA 2010-2013 :
Letkol Ckm dr. Khairulsyah, MARS
21 Agustus 2013-sekarang : Letkol Ckm dr. Daris Hidayat, Sp.An
B.
Gambaran Umum
1. Bangunan
Merupakan
bangunan ex. Yonif 450 yang mulai digunakan sejak tahun 1958 dan menjadi Rumah
Sakit sejak tahun 1967. Sebelum tahun 1987 Rumkit hanya menempati sebagian
dari yang sekarang
ini dan sesuai
ST Pangdam IV / Diponegoro Nomor :
B / 1557 / XII / 1986
menjadi seluas sekarang. ( Sertifikat hak pakai nomor 00011, NIB : 11.27.74.01.0174 ).
Kondisi Rumkit Tingkat III 04.06.01 Wijayakusuma saat ini :
a.
Luas tanah : 36.995 m2
b.
Luas bangunan : 10.959 m2
c.
Panjang
jalan dalam Rumkit : 910 m dengan lebar 4
m
d.
Listrik
dari PLN tegangan 220
Volt
e.
Air bersih. Bersumber dari air PDAM.
2.
Letak Rumah Sakit.
a.
Sebelah
Utara : Lapangan Golf Wijayakusuma.
b.
Sebelah
Timur : Lapangan Golf Wijayakusuma.
c.
Sebelah
Selatan : Perumahan Korem 071/Wk
d.
Sebelah
Barat : Perum Limas Agung
3. Tugas Pokok
Rumah Sakit TK III 04.06.01 Wijayakusuma Purwokerto melaksanakan pembinaan
dan pelayanan kesehatan kepada Prajurit TNI, PNS – TNI beserta keluarganya di
wilayah Korem 071 / WK dalam rangka mendukung tugas pokok Korem 071 / Wk. Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan kepada :
a.
Kesatuan TNI-AD yang berada di wilayah Korem
071/Wijayakusuma
b.
Kesatuan TNI-AL dari Lanal Cilacap
c.
Kesatuan TNI-AU dari Lanud Wirasaba I dan
Satuan Radar Wirasaba II
d. Anggota TNI lainnya
yang sedang berada di wilayah
Korem 071/Wk dan memerlukan pelayanan kesehatan.
e.
Purnawirawan/Worokawuri dan keluarganya yang berada
di wilayah Korem 071/WK.
f.
Masyarakat Umum yang berada di Purwokerto dan sekitarnya.
g.
Ikut di dalam memberikan dukungan kesehatan dalam
rangka Pam VVIP,TMMD, Bakti Sosial Kesehatan, Safari KB dll.
4.
Visi, Misi dan Motto
a. Visi : Rumah Sakit
Wijayakusuma menjadi Kebanggaan setiap Prajurit dan
senantiasa mengutamakan Keselamatan Pasien ”.
b.
Misi : Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan prajurit dan masyarakat serta senantiasa
mengutamakan keselamatan pasien.
c.
Motto : Senyum,Sapa,Sentuh,Selamat (4S)
5.
Struktur Organisasi
Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto
Susunan organisasi di Rumkit Tk
III 04.0601/Wijayakusuma berdasarkan Peraturan Kasad Nomor :
Perkasad/16/III/2008 tanggal 28 Maret 2008 dengan bagan struktur organisasi (terlampir).
C. Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
a.
Pelayanan
Rawat Jalan :
1)
IGD
a)
Alur Pelayanan
Keterangan:
Pasien
baru datang melalui IGD mendapatkan pelayanan selama kurang lebih 1 jam untuk
dilakukan pengkajian supaya mengetahui diagnosanya , setelah selesai melakukan
pengkajian , dan diketahui diagnosanya pasien diberikan tindakan & therapi
terlebih dahulu di IGD setelah itu , jika pasien memerlukan perawatan inap,
keluarga mendaftar di TPPRI untuk memesan bangsal sesuai dengan diagnosanya
apakan penyakit dalam atau bedah, namun jika pasien tidak memerlukan perawatan
inap, pasien yang mendapat perawatan jalan dan dapat dipulangkan , jika pasien
memerlukan rencana tindakan selanjutnya baik bedah maupun dalam, pasien
dilakukan pengecekan laboraturium maupun radiologi ( setelah menandatangani
inform concent) jika diperlukan sebelum dilakukan tindakan selanjutnya.
b)
. Dokter Jaga IGD
No
|
Nama
|
Ket
|
1
|
dr.
Siaga Hartati
|
Dokter Umum
|
2
|
dr.
Dwi Budhi Susanto
|
Dokter Umum
|
3
|
dr.
Daniel Edwin Tanoko
|
Dokter Umum
|
4
|
dr.
Muhammad Rizki Yuwana
|
Dokter Umum
|
5
|
dr.
Yosefin Ratnaningtias
|
Dokter Umum
|
6
|
dr.
Agnes Claudia
|
Dokter Umum
|
2)
Poliklinik
Umum.
3)
Poliklinik
Penyakit Dalam.
4)
Poliklinik
Mata dan THT
5)
Poliklinik
Syaraf
6)
Poliklinik
kebidanan dan kandungan
7)
Poliklinik
Kulit Kelamin
8)
Poliklinik
Anak
9)
Poliklinik
Gigi dan Mulut
10)
Poliklinik
Fisioterapi/Rehab Medik
11)
Poliklinik
Bedah Umum
12)
Poliklinik
Paru
13)
Poliklinik
Jantung
14)
Poliklinik
Gizi
15)
Poliklinik Bedah
Orthopaedi
b.
Pelayanan
Rawat Inap
Bangsal
perawatan ada 11 lokal yaitu :
a)
Bangsal bedah pria :
20 TT.
b)
Bangsal bedah wanita & anak : 20 TT.
c)
Bangsal Penyakit Dalam Pria :
28 TT.
d) Bangsal Penyakit Dalam Wanita : 20 TT.
e)
Bangsal Anak :
10 TT.
f)
Bangsal Kebidanan dan Peny.
Kandungan : 16 TT.
g)
Kelas Utama :
12 TT.
h)
Pavilliun Abimanyu : 8 TT.
i)
Pavilliun Bima : 5 TT.
j) Pavilliun kresna : 4 TT
k) ICU : 7 TT.
Jumlah : 150 TT.
c.
Pelayanan
Penunjang
a)
Pelayanan
Penunjang Klinik
1)
Radiologi
2)
Laboratorium
3)
Farmasi atau Apotik
4)
Rekam Medik
b)
Pelayanan
Penunjang Non Klinik
1)
Pelayanan gizi atau
Jasa Boga atau Dapur
2)
Laundry atau Linen
3)
Pelayanan Pemeliharaan
Sarana atau Harbang
4)
Pengelolahan Limbah
5)
Gudang
6)
Ambulance dan
pemulasaran jenazah.
D. Total
karyawan
Total karyawan di Rumah Sakit Wijayakusuma :
No
|
Kualifikasi
|
Organik
|
Tamu
|
TS
|
Jumlah
|
||
MIL
|
PNS
|
||||||
1.
|
Tenaga Medis
|
5
|
5
|
37
|
-
|
47
|
|
2.
|
Tenaga Keperawatan
|
25
|
46
|
-
|
98
|
169
|
|
3.
|
Tenaga Kefarmasian
|
-
|
4
|
-
|
3
|
7
|
|
4.
|
Tenaga Kesehatan Masyarakat
|
-
|
1
|
-
|
1
|
2
|
|
5.
|
Tenaga Gizi
|
-
|
2
|
-
|
-
|
2
|
|
6.
|
Tenaga Keterampilan Fisik
|
2
|
-
|
-
|
1
|
3
|
|
7.
|
Tenaga Keteknisan Medis
|
2
|
4
|
-
|
7
|
13
|
|
8.
|
Tenaga Non Kesehatan
|
11
|
49
|
-
|
126
|
186
|
|
|
Jumlah
|
45
|
111
|
37
|
236
|
429
|
|
1.
Daftar Dokter/Dokter Spesialis ( Tenaga Tetap dan Tidak Tetap )
a.
Dokter Organik
No
|
Nama
|
Pangkat/NRP
|
Keterangan
|
1.
|
drg. Dwi Nugroho
|
Letkol Ckm
1493006173046
|
Dokter gigi
|
2.
|
dr. Daris Hidayat, Sp.An
|
Letkol Ckm
11950011000468
|
Dokter Spesialis Anasthesi
|
3.
|
dr. Puji Tri Harsono, Sp.OG
|
Letkol Ckm
32993
|
Dokter Spesialis Obsgyn
|
4.
|
dr. Esthi Wijayanti
|
Mayor Ckm (K)
1920010141263
|
Dokter Umum
|
5.
|
dr. Nursuandy Indra D,Sp.OT
|
Mayor Ckm
11970008781069
|
Dokter Spesialis Orthopedi
|
6.
|
dr. Haris Dwi Indrianto
|
Mayor Ckm
1920047781066
|
Dokter Umum
|
7.
|
dr. Tangguh Budi Prasetyo
|
PNS III/d
197110022001121001
|
Dokter Umum
|
8.
|
dr. Joko Susilo,Sp.P
|
PNS III/c
197005202001121005
|
Dokter Spesialis Paru
|
9.
|
dr. Slamet Suprihadi
|
PNS III/c
197106042007121001
|
Dokter Umum
|
10.
|
drg. Laeli Rahmawati
|
PNS III/c
197704162007122001
|
Dokter Umum
|
b.
Dokter Tamu
No
|
Nama
|
Keterangan
|
1.
|
drg. Agung Siswanto,Sp.KGA
|
Spesialis Kesehatan Gigi
Anak
|
2.
|
dr. H.A Santosa, Sp.B, FinaCS
|
Dokter Spesialis Bedah
|
3.
|
dr. Ngadinem
|
Dokter Umum
|
4.
|
dr. Bambang p, Sp.B,FinaCS
|
Dokter Spesialis Bedah
|
5.
|
dr. Harsono M, Sp.PD
|
Dokter Spesialis
Penyakit Dalam
|
6.
|
dr. Bambang Sudiratmo, Sp. THT
|
Dokter Spesialis THT
|
7.
|
dr. Diding MS, Sp.An
|
Dokter Spesialis
Anastesi
|
8.
|
dr. Noor Sudarmidjah, Sp.S
|
Dokter Spesialis Syaraf
|
9.
|
dr. Ardi Suwarno, Sp Rad
|
Dokter Spesialis
Radiologi
|
10.
|
dr. Suhendro, Sp.Fis
|
Dokter Spesialis
Fisioteraphi
|
11.
|
dr. Hadi Setyo S, Sp.OG
|
Dokter Spesialis Obsgyn
|
12.
|
dr. Syarif Djatie, Sp.M
|
Dokter Spesialis Mata
|
13.
|
dr. Hardjono, Sp.OG
|
Dokter Spesialis Obsgyn
|
14.
|
dr. Primartono, Sp.THT
|
Dokter Spesialis THT
|
15.
|
dr. Amelia BR, Sp.KK
|
Dokter Spesialis Kulit
& Kelamin
|
16.
|
dr. Widyana Grehastuti, Sp.OG
|
Dokter Spesialis Obsgyn
|
17.
|
dr. Muhamad Rifqy Setyanto,Sp.M
|
Dokter Spesialis Mata
|
18.
|
dr. Lopo Trianto, Sp.BO
|
Dokter Spesialis Bedah
Onkologi
|
19.
|
dr. VM Wahyu Siswandari, Sp.PK
|
Dokter Spesialis
Patologi Klinik
|
20.
|
dr. Yasyid, Sp.OT
|
Dokter Spesialis
Ortopedi
|
21.
|
dr. Ariadne Tiara Hapsari, Msi Med Sp.A
|
Dokter Spesialis Anak
|
22.
|
dr. Teguh Anamani, Sp.M
|
Dokter Spesialis Mata
|
23.
|
dr. Siti Farida S, Sp.S
|
Dokter Spesialis Syaraf
|
24.
|
dr. Yulia Fitriani, Sp.M
|
Dokter Spesialis Mata
|
25.
|
dr. Irianta Dwi Poedja Saputra, Dr.PD
|
Dokter Spesialis
Penyakit Dalam
|
26.
|
dr. Mohammad Yusuf S, Sp.JP.FIHA
|
Dokter Spesialis Jantung
& Pembuluh Darah
|
27.
|
dr. Ma’mun, Sp.PD
|
Dokter Spesialis Dalam
|
28.
|
dr. Tarqib, Sp.BS
|
Dokter Spesialis Bedah Syaraf
|
29.
|
dr. Haidar Alatas, Sp.PD (K) GH
|
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
|
30.
|
dr. Novita Herowati, MM, Sp.BA
|
Dokter Spesialis Bedah Anak
|
31.
|
dr. Rahmawati, Sp.Rad
|
Dokter Spesialis Radiologi
|
BAB
III
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan.Selain
dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer &
Bare, 2002).
Teknik relaksasi nafas dalam adalah pernapasan
abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang
dilakukan dengan memejamkan mata (Brunner
& Suddart, 2002).
Teknik relaksasi nafas dalam adalah metode efektif untuk
mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi
sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulus nyeri. (Eni Kusyati, 2006)
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode efektif
untuk menurunkan
nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
dengan mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri.
B.
Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi
a.
Hidung
Hidung
merupakan organ pernapasan yang
menghubungkan dengan
udara luar. Hidung ditopang oleh tulang nasal (tulang keras) dan bagian atas
merupakan tulang rawan. Bagian tulang rawan masih dapat ditumbuhkan/ditambahkan
sehingga ukuran hidung berubah bentuk/panjang (mancung). Terdapat dua rongga
hidung, kanan-kiri, yang dipisahkan oleh septum nasalis (tulang rawan).
Terdapat tiga tonjolan di dalam rongga hidup (konka superior, konka
intermediet, dan konka inferior) yang dipenuhi kapiler darah. Panas yang dibawa
oleh kapiler darah ini akan menghangatkan udara melalui celah-celah tonjolan
ini. Udara yang panas ini akan membantu “membakar” mikroba tertentu yang
terbawa udara. Rongga hidung ditumbuhi rambut-rambut yang berperan untuk
menyaring udara yang masuk. Sel-sel goblet dan sel epitel bersilia di pangkal
rongga hidung mensekresikan lendir atau mukus yang membantu melembabkan udara
yang masuk dan menangkap kotoran yang tersaring. Lendir/mukus ini juga membantu
sel-sel pembau (olfactory cell) pada rongga hidung untuk mendeteksi bau dari
partikel kimia yang terjerat di dalam lendir. Infeksi bakteri atau virus
tertentu menyebabkan peradangan pada rongga hidung, membuat rongga hidung
tersumbat. Rongga hidung memastikan kualitas udara yang masuk ke dalam tubuh
adalah udara yang baik dengan cara:
1.
Menyaring
kotoran (dengan rambut-rambut hidung)
2.
Menghangatkan
udara (difusi panas yang dibawa oleh kapiler pembuluh
darah di dinding rongga hidung)
3.
Melembabkan
udara (oleh lendir)
b.
Faring ( tekak )
Merupakan saluran pendek, pertemuan
antara rongga hidung dan rongga mulut. Udara akan dialirkan ke dalam laring
c.
Laring (pangkal
tenggorokan)
Saluran pendek dipangkal trakea yang
merupakan tempat dimana suara dihasilkan. Terdapat sepasang pita suara (selaput
yang melintang) di dalam laring. Kerika udara dihembuskan keluar, udara akan
melewati pita suara teersebut dan membuat otot-otot penyusun pita suara
meregang. Meregangnya pita suara ini membuat pita suara bergetar dan
menimbulkan bunyi/suara). Semakin tinggi daya regang semakin kuat getaran
semakin kuat bunyi yang dihasilkan. Laring tersusun atas tulang-tulang rawan,
diantaranya glotis, bagian yang terletak paling atas pada laring. Glotis
memiliki selaput epiglotis yang akan melindungi saluran pernapasan dari makanan
dan minuman yang masuk lewat rongga mulut. Ketika menelan makanan, glotis akan
naik, membuat epiglotis turun menutupi trakea. Hal ini membuat makanan mengalir
masuk ke dalam esofagus (saluran pencernaan).
Tersedak adalah suatu mekanisme menetralkan trakea dari makanan dan
minuman yang salah masuk ke dalam trakea, ini terjadi ketika makan sambil
berbicara. Glotis akan kembali turun, epiglotismembuka trakea, udara kembali
masuk. Tulang tiroid berada di bagian inferior laring. Pada laki-laki tulang tiroid ini menonjol ke depan, struktur
yang disebut dengan jakun.
d.
Trakea (batang tenggorokan)
Merupakan tabung sepanjang 12cm tersusun
atas tumpukan 16-20 tulang rawan berbentuk “C” yang dihubungkan satu sama lain
oleh ligamentum anulare (jaringan ikat). Trakea terletak di depan saluran
esofagus, mengalami percabangan di bagian ujung menuju ke paru-paru.
Dinding-dinding trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir.
Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat
partikel-partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia berdenyut
akan menggerakan mukus ini naik ke faring yang dapat ditelan atau dikeluarkan
melalui rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasaan.
e.
Bronkhus (cabang Tenggorok)
Merupakan percabangan utama dari trakea
menuju paru-paru kanan (dextra) dan kiri (sinistra). Bronkus dextra letaknya lebih besar, pendek,
dan vertikal dibanding pada bronkus sinistra. Hal ini mengakibatkan paru-paru
sebelah kanan lebih sering terserang
penyakit dibanding paru-paru kiri. Bronkitis adalah suatu penyakit yang
ditujukan dengan menyempitnya saluran bronkus akibat produksi lendir yang
berlebihan. Secara umum, struktur bronkus sama dengan trakea, hanya berbeda
diameternya saja. Masing-masing bronkus
akan mengadakan percabangan yang lebih kecil di bagian ujung disebut dengan
bronkiolus. Pada bronkus dextra akan keluar tiga cabang bronkiolus, sedangkan pada
bronkus sinistra membentuk dua percabangan bronkiolus. Perbedaan ini akan
mempengaruhi struktur paru-paru kanan dan kiri. Bronkiolus-bronkiolus ini akan
membentuk cabang-cabang yang lebih kecil lagi dan berujung dengan membentuk
gelembung-gelembung udara (alveolus, jamak:alveoli).
f.
Pulmo (paru-paru)
Terletak di rongga dada yang dibatasi
oleh diafragma dengan rongga perut. Paru-paru
sebelah kanan berjumlah tiga gelambir sedangkan sebelah kiri berjumlah
dua gelambir. Perbedaan jumlah ini terjadi karena pada bagian kiri terdapat
jantung, yang pada masa perkembangananya terbentuk lebih dulu dibanding
paru-paru. Sehingga pada paru-paru kiri hanya berkembang sampai dua gelambir.
Paru-paru dibungkus oleh dua lapis membran pleura. Antara membran pleura
terdapat cairan limfe yang melindungi dari gesekan ketika bernapas. Pleuritis
adalah suatu kelainan yang terjadi pada selaput ini.
g.
Bronkhiolus
Bronkhus bercabang berkali-kali sampai
jadi ranting kecil. Ranting bronkhus itu bercabang halus berbentuk bronkhiolus.
Bronkhiolus bercabang lagi membentuk ranting, disebut bronkhiolus ujung.
Bronkhiolus ujung ini berakhir pada bronkhiolus pernapasan.Tunica mucosa pada
bagian ini memiliki epitel kubus yang tak bersilia.
Di bawah tunica adventitia tidak ada lagi
keping tulang rawan. Lapisan ini mengandung mesothelium sebagai penerusan
selaput dalam pleura.
h.
Bronkhiolus
Pernapasan
Ini adalah bagian ujung
bronkhiolus, saluran pendek yang dilapisi sel epitel bersilia. Sel itu di
pangkal bentuk batang, makin ke ujung makin rendah sehingga menjadi kubus dan
siliapun hilang. Di bawah lapisan epitel ada serat kolagen bercampur serat
elastis dan otot polos. Di sini tak ada lagi keping tulang rawan maupun
kelenjar lendir. Lendir di sini dihasilkan oleh sel goblet yang hanya terdapat
dibagian pangkal bronkhiolus. Sebagai gantinya ada sel Clara berbentuk benjolan
yang menonjol ke lumen. Sel ini menggetahkan surfaktan untuk melumasi permukaan
dalam saluran. Bronkhiolus pernapasan bercabang-cabang secara radial membentuk
saluran alveoli.
i.
Saluran alveoli
Ini adalah saluran yang tipis dan
dindingnya terputus-putus. Saluran ini bercabang-cabang, tiap cabang berujung
pada kantung alveoli. Dinding saluran alveoli pada mulutnya kekantung alveoli
dibina atas berkas serat elastis, kolagen dan otot polos.
j.
Kantung alveoli dan
alveolus
Kantung alveoli berpangkal pada saluran alveoli. Tiap kantung
memiliki dua atau lebih alveoli. Alvelus adalah unit terkecil paru-paru, berupa
gembungan bentuk polihedral, terbuka pada satu sisi, yaitu muara ke kantung
alveoli. Dindingnya terdiri dari selapis sel epitel gepeng yang tipis sekali.
Dinding alveolus dililit pembuluh kapiler yang bercabang-cabang dan yang
beranastomosis. Di luar kapiler ada anyaman serat retikulosa dan elastis.
Antara alveoli bersebelahan ada sekat. Sekat itu terdiri dari dua
lapis sel apitel dari kedua sel epitel terdapat serat elastis, kolagen,
kapiler, dan fibroblast.
Epitel alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina basalis
yang tipis. Ada pula sel epitel yang berbentuk bundar atau kubus, berada pada
dinding alveolus, disebut sel sekat atau sel alveolus besar.
Diperkirakan sel ini mensekresikan lendir. Ia memiliki mikrovilli
dan mebentuk kompleks pertautan dengan sel epitel alveolus yang gepeng dan yang
lebih kecil. Sel alveolus gepeng itulah dengan endotel kapiler yang melilitnya
yang membina membaran pernapasan.
Membran pernapasan berarti disusun atas :
membran sel epitel alveolus, sitoplasma sel epitel elveolus, membran sel
alveolus, lamina basalis, membarab sel endotel kapiler, sitoplasma sel endotel
kapiler, membran sel endotel kapiler. Yang tujuh lapis ini sangat tipis. Karena
itu kaluar-masuk gas pernapasan antara lumen alveolus dan lumen kapiler sangat
mudah dan cepat.
Di dinding alveoli sering ditemukan
fagosit atau makrofag. Karena lazimnya sel ini berisi butiran maka disebut
dengan sel debu. Sel ini banyan di temukan pada perokok.
C.
Mekanisme
Pernafasan
Berdasarkan
proses inspirasi dan ekspirasi, mekanisme pernapasan dibagi atas pernapasan
dada dan pernapasan perut.
1.
Pernapasan Dada
Sistem
pernapasan dada adalah sistem pernapasan yang terjadi akibat aktivitas
kontraksi dan relaksasi otot antar tulang rusuk. Sistem pernafasan dada terdiri
dari 2 tahap, yaitu:
a.
Tahap Inspirasi
yaitu kondisi di
mana otot antartulang rusuk berkontraksi sehingga tulang rusuk terangkat,
rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Hal ini mengakibatkan tekanan
udara di dalam rongga dada lebih kecil dari tekanan atsmosfer sehingga udara
yang kaya okan oksigen terhisap masuk kedalam paru-paru melalui saluran
pernafasan.
b.
Tahap Ekspirasi
tahap eskpirasi disebut juga fase relaksasi,
yaitu kondisi dimana otot antara tulang rusuk kembali ke posisi semula, rongga
dada kembali mengecil dan paru-paru mengempis. Kondidi ini menyebabkan tekanan
rongga dada meningkat dan lebih tinggi dari tekanan atsmosfer sehingga udara
dalam paru-paru mengalir keluar melalui saluran pernafasan.
2.
Sistem Pernafasan Perut
Sistem pernafasan perut adalah sistem
pernafasan yang bergantung pada aktivitas diafragma. Pernafasan perut juga
dibedakan menjadi 2 tahap, yaitu:
a.
Tahap Inspirasi
yaitu keadaan dimana otot diafragma
berkontraksi, sehingga rongga dada membesar dan paru-paru mengembang, tekanan
udara turun sehingga udara dari luar dapat masuk kedalam paru-paru melalu
saluran pernafasan.
b.
Tahap Ekspirasi
kondisi dimana otot diafragma berelaksasi
dan otot dinding perut berkontraksi sehingga otot diaframa kembali ke posisi
semula. Akibatnya rongga dada mengecil, paru-paru mengepis, tekanan udara dalam
paru-paru meningkat sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
terhembus keluar melalui saluran pernafasan.
D.
Tujuan Melatih Teknik
Nafas Dalam
Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik
stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan.
E.
SOP Melatih Teknik
Nafas Dalam
(Terlampir)
BAB IV
TINDAKAN
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
DI RUMAH SAKIT
Melatih teknik relaksasi nafas dalam biasa digunakan pada
pasien yang mengalami nyeri kronis dan nyeri akut yang bermanfaat untuk
mengurangi rasa nyeri sehingga pasien menjadi lebih tenang. Setelah saya
melakukan observasi, perawat di rumah sakit Tk III 04.06.01 Wijayakusuma
Purwokerto melakuakan teknik relaksasi
nafas dalam, terutama untuk pasien dengan indikasi teknik relaksasi nafas dalam
(misalnya pasien yang mengalami nyeri).
Perawat menginstruksikan pada pasien
untuk menarik nafas dan menghembuskan sebelum perawat memberikan obat lewat
injeksi. Caranya yaitu perawat menginstruksikan dan mencontohkan pada pasien
prosedur teknik relaksasi nafas dalam, yaitu menarik nafas panjang lewat hidung
kemudian menahannya selama 3 detik kemudian menghembuskan dengan pelan lewat
mulut sebanyak 3 kali. Setelah pasien paham dengan instruksi yang perawat
berikan, perawat meminta pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
seperti yang perawat contohkan. Setelah selesai, perawat menanyakan perasaan
pasien setelah dilatih teknik relaksasi nafas dalam. Setelah selesai perawat
berpamitan pada pasien dan mencuci tangan.
BAB
V
PEMBAHASAN
Seperti
pengamatan yang saya lakukan di Rumah Sakit Tk III 04.06.01 Wijayakusuma
Purwokerto, perawat di ruang arimbi pernah melakukan teknik relaksasi nafas
dalam terutama pada pasien dengan indikasi nyeri kronis.
Tindakan
teknik relaksasi nafas dalam yang perawat
lakukan di ruang arimbi belum sesuai dengan SOP. Terutama pada tahap pra interakasi yaitu perawat belum mengecek program
terapi dan mencuci tangan, perawat hanya
mengenakan sarung tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
Tahap orientasi,
pada tahap ini perawat hanya melakukan tindakan
memberikan salam dan menyapa nama pasien, padahal perawat harus menjelaskan tujuan, prosedur pelaksanaan dan
menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
dan tindakan perawat harus sesuai dengan SOP. Pada tahap
kerja perawat hanya menginstruksikan dan
mencontohkan pada pasien prosedur teknik relaksasi nafas dalam, yaitu menarik
nafas panjang lewat hidung kemudian menahannya selama 3 detik kemudian
menghembuskan dengan pelan lewat mulut sebanyak 3 kali. Setelah pasien paham dengan
instruksi yang perawat berikan, perawat meminta pasien untuk melakukan teknik
relaksasi nafas dalam seperti yang perawat contohkan. perawat belum melakukan tindakan yang sesuai
dengan SOP yaitu menjaga privacy pasien, mempersiapkan
pasien, meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen, meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada
punggung), meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari
otot, dan Merapikan pasien, dan pada
tahap terminasi
perawat hanya melakukan tindakan menanyakan
perasaan pasien setelah dilatih teknik relaksasi nafas dalam. Setelah selesai melakukan tindakan
perawat berpamitan pada pasien dan mencuci tangan. Pada tahap mencuci tangan perawat belum melakukan cara mencuci tangan
dengan menggunakan prinsip 6 benar cuci tangan, perawat belum melepas aksesoris
yang di gunakan, perawat juga tidak menutup keran dengan siku. Perawat belum
melakukan evaluasi tindakan, dan mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan (dokumentasi).
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknik
relaksasi nafas dalam adalah
metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri
kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan
kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri. (Ns.Eni
Kusyati,S,Kep,Dkk hal 198, 2006)
Pentingnya nafas dalam bagi pasien yaitu untuk ketentraman hati, berkurangnya rasa cemas, ketegangan
jiwa menjadi rendah, detak jantung lebih rendah, mengurangi tekanan darah, ketahanan
yang lebih besar terhadap penyakit, tidur lelap, kesehatan mental menjadi lebih
baik, daya ingat lebih baik, meningkatkan daya berpikir logis, meningkatkan
kreativitas, meningkatkan
keyakinan, serta meningkatkan
daya kemauan.
Setelah saya melakukan observasi, perawat di rumah sakit Tk III 04.06.01
Wijayakusuma Purwokerto melakukan teknik relaksasi nafas dalam, terutama untuk
pasien dengan indikasi teknik relaksasi nafas dalam. Perawat di ruang arimbi RS
Tk III 04.06.01 Wijayakusuma Purwokerto dalam melakukan tindakan teknik
relaksasi nafas dalam belum sesuai dengan SOP disemua fase tindakan yaitu pada
fase pra interakasi, orientasi, kerja, dan terminasi.
B.
Saran
a.
Bagi Penulis
Demikian karya tulis tentang praktek teknik relaksasi
nafas dalam di lapangan yang dapat penulis paparkan, tentunya
saya sebagai penulis masih menyadari adanya banyak kekurangan yang terdapat
pada karya tulis ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada. Saya sebagai
penulis berharap kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi kesempurnaan karya tulis ini, dan juga kedepanya nanti bisa
lebih baik lagi. Penulis berharap kepada pembaca khususnya bagi para perawat
agar dapat mempraktekkan teknik relaksasi
nafas dalam dengan maksimal, dan sesuai prosedur yang ada.
Semoga karya tulis ini nantinya dapat
bermanfaat bagi saya sendiri dan pembaca, khususnya bagi para perawat yang ada
sebagai evaluiasi tindakan teknik
relaksasi nafas dalam yang ada di lapangan,
maupun sebagai acuan bahan materi bagi pembaca.
b.
Bagi Rumah Sakit
Bagi pihak rumah sakit sebaiknya
selalu mengadakan evaluasi terhadap tindakan yang di lakukan oleh perawat yang
terkait dengan pasien terutama tindakan melatih teknik relaksasi nafas dalam sesuai
dengan SOP, agar
perawat nantinya bisa memberikan pelayanan kepada
pasien dengan lebih maksimal.
c.
Bagi institusi pendidikan
Bagi
Instansi pendidikan di bidang kesehatan, khususnya SMK Mulya Husada sebaiknya
lebih menekankan lagi pada praktek
laboratorium tentang teknik relaksasi nafas dalam,
agar nantinya para siswa
bisa menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam sesuai dengan SOP secara maksimal di lapangan tidak hanya mengerti
sebatas teori namun dapat mempraktekanya seacara baik di lapangan sesuai dengan
prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn, P.
C. (1993). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.
Kusyati,E.S,Kep,Dkk
hal 198, (2006). Teknik relaksasi nafas
dalam. http://soddis.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-pernafasan-atau
respirasi.htm
Smeltzer,
S.C.,
Bare, B.G. (1997). Buku ajar
keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. Edisi
8. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Lampiran
2 :
SOP
melatih teknik relaksasi nafas dalam
TINDAKAN
|
Melatih teknik
relaksasi nafas dalam
|
TUJUAN
|
1.
Meningkatkan kapasitas paru
2.
Mencegah atelektasis
|
PETUGAS
|
Perawat
|
PROSEDUR
|
A.
Tahap PraInteraksi
1. Mengecek
program terapi
2. Mencuci
tangan
B.
Tahap Orientasi
1. Memberikansalam
dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan
tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan
persetujuan/kesiapan pasien
C.
Tahap Kerja
1.
Menjaga privacy pasien
2.
Mempersiapkan pasien
3.
Meminta pasien meletakkan satu
tangan di dada dan satu tangan di abdomen
4.
Melatih pasien melakukan nafas
perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5.
Meminta pasien merasakan
mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung)
6.
Meminta pasien menahan nafas
hingga 3 hitungan
7.
Meminta menghembuskan nafas
perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup).
8.
Meminta pasien merasakan
mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
9.
Merapikan pasien
D.
Tahap Terminasi
1.
Melakukan evaluasi tindakan
2.
Berpamitan dengan klien
3.
Mencuci tangan
4.
Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan
|
maaf kalo karya tulis belum lengkap karena file saya hilang
hehheee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar